SERITI KANAAN BARU

Tahun 1950 di Kabupaten Luwu bagian selatan yang lasim dikenal sebagai Palopo Selatan terdapat 8 (delapan) distrik/kecamatan yaitu Bua, Bajo, Larompong, Ponrang, Rantebua/Pantilang, Ranteballa, Suli dan Ulusalu.  Terjadi pemberontakan DI/TII dengan memaksa umat Kristen di Larompong, Suli, Bajo dan Bastem untuk beralih agama. Umat Kristen   yang teguh pendiriannya pada iman Kristus memilih mengungsi dari pada menyangkal Kristus. Terjadilah pengungsian secara besar-besaran dan bergelombang dari Palopo Selatan ke Kota Belopa dan ke Bajo yang difasilitasi oleh pihak TNI. Sedangkan dari Pantilang ke Karassik-Rantepao melewati gunung yang tinggi dan hutan lebat dengan berjalan kaki.

Setelah beberapa lama berada di tempat pengungsian dan kondisi kantibnas sudah mulai membaik tepatnya tanggal 14 Januari 1953 berangkatlah 165 orang (pria dan wanita) ke Lamasi. Di Lamasi mereka ditampung di rumah-rumah masyarakat etnis Jawa. Senin, 19 Januari 1953  para pioner diantar langsung oleh kepala Distrik Lamasi : Kardiman, Kepala Pemerintah Negeri (KPN) W.L. Tambing, Pdt. M. Sirupa, Mangentang dan beberapa pejabat pemerintah menuju Pongo (sekarang Desa To Pongo Kec. Lamasi) dan tanggal 20 Januari 1953 ke Danta tetapi kedua daerah ini tidak diminati oleh pioner dengan berbagai alasan. Pada hari yang ketiga 21 Januari 1953 rombongan pioner menuju sebuah lokasi yang kondisinya saat itu berupa hutan lebat yang berada di bagian timur Lamasi. Setelah mengamati dengan seksama maka diambil keputusan bahwa tempat inilah yang cocok dihuni.

Keesokan harinya 22 Januari 1953 dibawah pengawalan TNI dari Komando Teritorial Tentara (sekarang Kodam 5 Brawijaya) khususnya Batalyon Infantri 506 Sriti, Kompi I dari Resimen 16 Kediri Jatim yang bertugas di daerah Lamasi, dengan semangat yang membara bergotong royong membangun pondok sementara, menata tempat pemukiman, daerah pertanian dan dari pihak tentara membangun pos di bawah pohon beringin besar.

Sampai kondisi ini pergumulan dan penderitaan belum berakhir, pihak gerombolan dari DI/TII terus meneror warga yang telah rela meninggalkan segala harta bendanya di Palopo selatan demi mempertahankan imannya. Tepatnya 18 April 1954 terjadilah sesuatu yang yang tidak diinginkan, pihak gerombolan melakukan penyerangan membabibuta ke perkampungan dengan korban sbb : 63 rumah dibakar, 3 orang meninggal dan 6 orang ditawan dibawah kedalam hutan.

Waktu terus berjalan dan tibalah saatnya untuk meresmikan nama perkampungan/desa beserta dengan pemerintahannya. Atas prakarsa Komandan Kompi I Yon 506/Sriti Kodam 5 Brawijaya saat itu dijabat Lettu Inf. Ongko Wiyono menetapkan untuk mengadakan upacara peresmian. Tibalah waktu yang disepakati, tepat tanggal 12 Juni 1954 bertempat di kelompok I/Dadeko diadakan upacara peresmian dan ditetapkan nama desa adalah SRITI dan kepala Desa adalah Mangentang. Nama Sriti diambil dari nama kesatuan  SRITI adalah nama sejenis burung walet yang kebiasaannya terbang tinggi diatas angkasa seraya melayang-layang melintasi gunung, lembah dan lautan luas, menyebar keseluruh penjuru arah angin tetapi waktu menjelang malam hari mereka kembali ke sarangnya. Sarang burung Sriti biasanya terletak diatas gunung atau lereng/tebing yang sangat tinggi yang susah dijangkau oleh hewan pemangsa dan manusia. Tempat mereka aman dari gangguan. Perilaku hidup dari burung Sriti inilah yang menjadfi inspirasi dan gambaran persekutuan, orang-orang pengungsi saat itu untuk menjadikan kenangan nama kesatuan 506/Brawijaya, yaitu Batalyon Sriti.

Pembagian kelompok/lorong dibagi berdasarkan nama kampung asal dari Palopo Selatan, Seko dan Bastem yaitu :
  1. Kelompok 1 Dadeko
  2. Kelompok 2 Pattedong
  3. Kelompok 3 Salubanga
  4. Kelompok 4 Salulompo
  5. Kelompok 5 Tondok Tangnga
  6. Kelompok 6 Buntu Taipa
  7. Kelompok 7 Paradoa
  8. Kelompok 8 Buntu Sampa
  9. Kelompok 9 Batumurrung
  10. Kelompok 10 Pangala Nangka
  11. Pemukiman Baru (Beroppa dihuni pengungsi dari Seko Lemo) Sebelah utara Kelompok 1/Dadeko
  12. Kelompok 11 dan 12 Maindo terbentuk pada bulan Maret 1954.
Seiring perjalanan waktu nama Sriti berubah menjadi Seriti, mungkin karena pengaruh aksen bahasa daerah, lebih muda menyebut Seriti ketimbang Sriti.

Setelah 60 tahun Seriti terbangun yang awalnya hanyalah satu desa kini karena perkembangann telah dimekarkan menjadi 4 desa yaitu : Seriti, Pelalan, To Lemo dan Salupao. Seriti sebagai desa yang populasi penduduknya terbanyak di Kec. Lamasi Timur.

Pembangunan dan perkembangan Jemaat yang mula-mula adalah Jemaat Seriti yang ditempati berkongres hari ini. Selanjutnya mekar seiring pertumbuhan warga jemaat dengan urutan-urutan sbb :


No.
Nama Jemaat
Alamat
D e s a
Keterangan
1.
Seriti
Lorong 4
Seriti
2.
Imanuel Salubanga
Lorong 3
Seriti
3.
Tondok Tangnga
Lorong 5
Seriti
4.
To Lemo
To Lemo
To Lemo
5.
Bethesda Salupao
Salupao
Salupao
6.
Durian
Beroppa
Salujambu
7.
Tamatiku
Lorong 1
Seriti
8.
Sin Pararra
Pararra
Pelalan
9.
Moria Seriti Selatan
Lorong 12
Pelalan
10.
Lisurannu

Salupao
11.
Pompengan *
Pompengan
Pompengan Pantai
12.
Sinangkala *
Sinangkala
Pompengan Utara
*) dahulunya dari Klasis Walenrang tetapi karena penataan wilayah bergabung ke Klasis Seriti.

0 comments: